A. Pengertian
Otak atau Serebrum adalah satu komponen dalam sistem saraf
manusia yang terdapat di ruang tengkorak. Komponen lainnya adalah sumsum tulang
balakang (Medula spinalis) yang
berada di ruang tulang balakang dan saraf tepi yang sebagian besar berada di
luar ruang tersebut.
B. Evolusi
Otak dan Perkembangan Otak Manusia.
Evolusi otak manusia telah berlangsung sekitar 3 juta tahun,
dan membesar dari ukuran semula, 400 mg
menjadi 1400 mg. (Holloway 1996;74;Rumbaugh; 1991) . dari 1,7 Juta tahun yang
lalu otak manusia berkembang dari 800 mg menjadi 1500 mg.
Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut Volpe
(1987) terdiri atas enam tahap, yaitu :
(1) Pembentukan
Tabung Neural
(2) Profilerasi
selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia.
(3) Perpindahan
selular dari germinal subependemal ke korteks,
(4) Deferensasi
selular menjadi neuron spesifik
(5) Perkembangan
akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps (Perkembangan dendrite
tergantung fungsi daerah tersebut)
(6) Eliminasi
selektif neuron, Sinaps, dsb untuk spesifikasi.
Perkembangan
tahap 1 s/d 4 pada masa kandungan dan tidak dipengaruhi oleh dunia luar,
sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir, dan dipengaruhi oleh
dunia luar atau keadaan seitarnyna (Goodman, 1987). Ada dua masa dalam perkembangan ini yaitu
antara bulan kedua dan bulan keempat masa kandungan (Yakni terjadinya
pembelahan sel). Dan antara bulan kelima kandungan sampai usia 18 bulan pasca
kelahiran (Yakni terjadinya pertambahan oligodendroglia). Oleh karena itu, dua
tahun pertama kehidupan disebut juga sebagai masa kritis perkembangan yang
paling maksimal.
C. Otak
Manusia vs Otak Binatang.
Volume otak menusia lebih besar dibandingkan otak binatang.
Selain itu otak manusia juga lebih berat dibandingkan binatang. Selain itu
fungsi dan strukturnya pun berbeda. Sebagai pembeda adalah dalam penggunaan bahasa.
1. Otak
Manusia
Berat Otak Maunusia 1-1,5kg (Steinberg dkk 2001 : 311 ;
Dingwall 1998 ; 60) dengan rata-rata 1330 gram (Holloway 1996:77 dan menyedot 15%
dari seluruh peredaran darah dari jantung dan 20% dari sumber daya metabolic
manusia. Sistem syaraf Manusia terdiri dari 2 bagian utama yaitu 1. Tulang
Punggung (Spiral Cord), 2. Otak : Batang Otak, Korteks Selebral. Tulang
punggung dan korteks selebral merupakan sistem syaraf sentral bagi manusia.
2. Otak
Hewan
Evolusi otak manusia dan binatang tampak berbeda antara lain
korteks selebral tidak tampak pada binatang. Manusia menggunakan sebagian besar
otaknya untuk kebutuhan fisik. Itulah sedikit alasan yang menyebabkan manusia
dapat berbahasa dan binatang tidak. Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah
dua hal yang berbeda. Seperti hewan yang dilatih untuk mengerti perintah dan
dapat berbahasa itu dikarenakan oleh respon yang dikondisikan.
D. Kaitan
Otak dan Bahasa
Permukaan otak disebut sebagai Korteks Serebral, bantuknya
tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (Sulkus) dan benjolan (Girus). Korteks
ini mempunyai peranan penting baik pada fungsi elementer seperti pergerakan,
perasaan, dan panca indera, maupun pada fungsi yang lebih tinggi lagi dan
kompleks yaitu fungsi mental dan fungsi
luhur atau kortikal. Fungsi ini
meliputi pikiran, ingatan, emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga
fungsi bahasa.
Otak memegang peranan penting dalam berbahasa (Geschwind :
1981) Apabila Input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu
ditanggapi di Lobe Temporal (Korteks Primer Pendengaran). Input tadi diolah
secara rinci sekali. Misalnya, apakah bunyi sebelum bunyi /o/ yang didengar itu
memiliki Vot +60 md, +20 md, atau di antara kedua angka itu. Setelah diterima,
dicerna dan diolah bunyi tadi dikirim ke Wernicke untuk diinterpretasikan
menjadi suku kata, kata, frasa, klausa dan akhirnya kalimat. Setelah dipahami
isinya maka ada dua jalur kemungkinan. Bila masukan tadi hanya sekedar informai
yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam
memori. Jika masukan tadi ditanggapi secara verbal maka interpretasi itu
dikirim ke Broca melalui Arkuat.
Proses penanggapan dimulai di Broca. Setelah diputuskan
tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor
korteks untuk melaksanakannya. Proses
pelaksanaan di korteks motor juga tidak sederhana. Untuk satu ujaran ada
minimal 100 otot dan 140.000 rentetan neoromuskuler yang terlibat. Motor
korteks juga harus mempertimbangkan tidak hanya terlibat. Motor korteks juga
hartus mempertimbangkan tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga
urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan. Ambillah
perkataan dia pada kalimat :
Dia belum pulang.
Karena bunyi /d/ mempunyai fitur [+vois], disamping
fitur-fitur lain seperti [+konsontal], [-bilabial], [+alveolar], [-nasal], maka
korteks motor harus memerintahkan pita suara untuk bergetar 30 md lebih awal
daripada perintah-perintah yang lain. Hal ini disebabkan karena pita suara
letaknya paling jauh dibandingkan dengan alat-alat penyuara yang lain.
Sebalkiknya, untuk bunyi /p/ pada kata pulang pada kalimat di atas, pita suara
harus diperintahkan untuk bergetar paling awal 25 md setelah bunyi /p/ itu
diucapkan. Ini untuk menjamin bahwa bunyi bilabial yang keluar itu
benar-benar/p/ dan bukan /b/.
Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan kemudian ke /a/ untuk
kata dia juga memerlukan koordinasi
yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada daerah alveolar di mulut
untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah bentuk menjadi
lengkung dan tinggi depan untuk /i/. misalnya harus dikoordinasi dengan rapi
sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan bunyi yang natif. Tanpa
ketepatan ini maka pembicara akan kedengaran seperti orang asing.
Bila input yang masik bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam
bentuk tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukkan tidak
ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tapi oleh korteks visual di Lobe Osipital.
Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati arus
regular yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah Osipital. Setelah
tahap ini, prosesnya sama, yakni input tadi dipahami oleh daerah Wernicke,
kemudian dikirim daerah Broca bila perlu tanggapan verbal. Bila tanggapannya
juga visual, maka informasi itu dikirm ke daerah parietal untuk proses
visualisasinya.
E. Peran
Hemisfir Kiri dan Hemisfir kanan.
Hemsifir kiri adalah yang bertanggung jawab tentang ikhwal
kebahasaan. Dibuktikan dalam penelitian wada (1949) yang memasukkan cairan ke kedua
hemsifir. Bila hemisfir kiri ditidurkan
maka terjadi gangguan wicara.
Dichotic Listening test oleh
Kimura (1961) mencoba memberikan input melalui telinga kiri dan kanan. Dan
terbukti input melalui telinga kanan lebih akurat (Hemisfir kiri) dari pada
telinga kiri. Tapi hemisfir kanan pun ikut berperan.
Pada saat manusia baru dilahirkan kedua hemisfir itu belum
ada lateralisasi (Pandangan tugas). Terbukti anak umur <13 tahun yang
hemisfir kirinya cedera dapat memperolah bahasa seperti anak normal. Dan
orang-orang yang hemisfir kanannya terganggu kemampuan mereka dalam menyusun
cerita menjadi kacau. Dan dapat disimpulkan bahwa semua faktor itu dipengaruhi
oleh faktor medis dan faktor lingkungan.
F. Fungsi
Kebahasaan Otak.
Hemisfir kiri memeng dominan untuk fungsi bicara bahasa,
tapi tanpa adanya aktifitas hemisfir kanan, maka pembicara seseorang akan
menjadi monoton, tak ada prosadi, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan
adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.
Hasil penelitian tantang kerusakan otak oleh Broca dan
Wernicke serta penelitian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa
hemisfir kiri dilibatkan dalam hubungannnya dengan fungsi bahasa. Krashen
(1977) mengemukakan lima
alasan yang mendasari kesimpulan tersebut, seperti :
(1) Hilangnya
kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh
kerusakan jaringan saraf hemisfir kiri daripada hemisfir kanan.
(2) Ketika
hemisfir kiri dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada.
(3) Sewaktu
bersaing dalam menerima masukan bahsa secara bersamaan dalam tes dikotik ternyata telinga kanan lebih
unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri.
Keunggulan telinga kanan itu karena hubungan telinga kiri dengan hemisfir
kanan.
(4) Ketika
materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka
ternyata penglihatan kanan lebih cepoat dan lebih tepat dalam menangkap materi
bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena
hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfir kiri lebih baik daripada
hubungan penglihatan kiri dan hemisfir kanan.
(5) Pada
waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup,
hemisfir kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfir
kanan. Hal inidiketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfir yang lebih
aktif lebih sedikit dalamn menghasilkan gelombang alpha.
G. Gangguan
Wicara
Gangguan wicara dikelompokkan menjadi : 1) Gangguan wicara
yang berimplikasi pada gangguan organik. ; 2) Psikogenik. Gangguan Psikogenik
merupakan ungkapan dan gangguan dibidang mental.
Stroke adalah
penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah / kurangnya oksigen pada otak.
Selain itu juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang
bersangkutan. Jika hemsisfir kiri terganggu maka terjadi gangguan wicara
(Afasia). Afasia terdiri dari beberapa macam, antara lain :
a. Afasia
Broca (Lesion), terjadi di sekitar Broca
b. Afasia
Wernicke, terjadi di sekitar Wernicke
c. Afasia
Anomik, terjadi di bagian depan dari Lobe Parietal (Antara Lobe Parietal – Lobe
temporal)
d. Afasia
Global, terjadi tidak di satu atau dua tempat saja, tetapi di beberapa daerah
lain (Komplikasi)
e. Afasia
Konduksi, terjadi pada fiber-fiberyang ada pada fsaikulus arkuat yanbg
menghubung Lobe Frontal dengan Lobe Temporal.
f.
Disartria adalah Lafal yang tidak jelas tetapi
ujarannya utuh.
g. Agnosia
/ Dimensia adalah gangguan pada
pembuatan ide.
h. Aleksia
adlah hilangnyav kemampuan untuk membaca.
i.
Agresia adalah hilangnya kemampuan untuk menulis
dengan huruf normal.
Perbedaan
antara orang yang normal dengan yang
abnormal seperti idiot, tuna rungu (Yang mempunyai gangguan wicara)
bukan pada struktur otaknya yang tidak lengkap melainkan pada salahsatu fungsi
bagian otaknya yang tidak bekerja dengan baik.
H.
Hipotese Umur Kritis
Sebelum
mencapai umur 12 tahunan, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa mana
pun yang disajikan padanya secara natif, hal ini tampak terutama pada aksennya.
Gejala ini dinyatakan dalam hipotese umur kritis (Lenberg 1967). Pada esensinya
Hipotese ini mengatakan bahwa antara umur 2 sampai 12 tahunan seorang anak
dapat memperoleh bahasa mana pun dengan kemampuan seorang penutur asli.
Hipotese
ini banyak dibincangkan orang dan dianut banyak orang. Namun demikian , ada
pula yang menyanggahnya. Krashen (1972), misalnya beranggapan bahwa lateralisasi itu sudah terjadi jauh
lebih awal, yakni sekitar umur 4-5 tahun.
I.
Kekidalan dan Kekinanan.
Manusia
ada yang kidal ada juga yang kinan. Namun ada juga yang mampu menggunakan
keduanya dengan imbang, orang yang semacam ini dinamakan ambidekstrus. Belum
ada jawaban dari pertanyaan apakah ada korelasi antara kekidalan dan kekinanan
dalam pemakaian bahasa atau pun kemampuan intelektual lainnya?
J.
Otak Pria dan Otak Wanita.
Adakah
kaitannya antara otak di satu pihak dengan jenis kelamin di pihak lain? Ada yang beranggapan
bahwa ada perbedaan antara otak pria dan otak wanita dalam hal dan bentuknya.
Yakni hemisfir kiri wanita lebih tebal dibanding hemsifir kanannya (Steinberg
dkk 2001:319). Menurut Paul Broca Otak pria lebih besar dibandingkan otak
wanita, mempunyai fungsi lebih baik, lebih cerdas, dan memiliki kelebihan
lainnya daripada wanita (Awuy, 1999). Meskipun ada perbedaan dalam pemrosesan
bahasa antara pria dan wanita, perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh
budaya daripada pengaruh genetik. Menurut Dr. Raquel Gur, Psikiater dari
Universitas California
menyatakan Otak wanita lebih seimbang. Sedangkan menurut Dr Thomas Crook dan
sejumlah ahli (Femina, 17-23 Juni 1999) menyatakan otak waniyta lebih tajam.
Bukan hanya pada inderanya tapi juga pada perasaannya.
K.
Bahasa Sinyal.
Bahasa
sinyal diperuntukkan bagi orang yang tidak dapat berkomunikasi. Bahasa ini
mempergunakan tangan dan jari untuk membentuk kata dan kalimat. Karena hemisfir
kanan lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan
pola-pola visual maka kita mengharapkan hemisfir inilah yang juga mengurusi
bahasa sinyal. Namun dari hasil penelitian mengatakan tidak benar, karena orang
yang tuna rungu yang hemisfir kirinya terkena stroke ternyata juga mengalami gangguan bahasa seperti yang dialami
oleh penderita afasia Broca atau
Wernicke yang normal. Dan orang yang hemisfir kanannya rusak pada umumnya tidak
terjadi gangguan dalam bersinyal, tatabahasanya masih utuh dan tidak
terbata-bata.
L.
Metode Penelitian Otak.
Broca
dan Wernicke melakukan penelitian mengenai otak manusia tentunya belum
menggunakan peralatan canggih, mereka melakukan operasi setelah pasiennya
meninggal. Ada
juga yang melakukan pemisahan hemisfir kiri dengan hemisfir kanan pada pasien ayan.
Bahkan Penfield di tahun 50-an mengoperasi pasiennya hanya dengan anatesi local
sehingga pasien itu masih sadar. Dengan mamakai sebatang electrode
yangberaliran listrik kecil, bagian-bagian tertentu pada otak ituditekan
pelan-pelan, sementara pasien disuruh melakukan sesuatu, misalnya mengatakan
gambar yang dilihatnya, menulis, menghitung atau membaca. Kegiatan itu akan
terhenti atau terganggu bila daerah
pengontrol di otaknya kebetulan ditekan.
Kemajuan
teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah
terdapat CT atau CAT (Computerized Axial
Tomography) yang menggunaka sinar-X, ada juga PET (Positron Emission Tomography) yang mempertunjukkan otak secara
langsung denga menngukan radio aktif, ada juga MRI (Magnetic
Resonance Imaging) yang mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah
aliran darah pada daera-daerah otak yang aktif dan ada ERPs (Event Related Potentials) yang dapat
mengukur perubahan voltase pada otak.
1. Teori
Laterisasi
Dari Teori Broca dan Wernicke sebenarnya sudah dapat ditarik
kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja
pada daerah-daerah otak manusia. Teori yang dapat ditarik secara jelas adalah
bahwa Hemisfir kiri bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan
produksi bahasa alamiah. Dalam linguistik ini disebut teori Lateralisasi.
a. Tes
Menyimak Rangkap (Dichotonic Listeniang).
Diperkenalkan oleh Broadbent
(1954), kemudian dilakukan oleh Kimura (1963, 1964) dan Ling (1969). Teori ini
dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata seperti Pria dengan Wanita, Kucing dengan Anjing. Jika diperdengarkan ke telinga kiri Objek. Kata Wanita dan pada telinga kanan kata Pria. Ternyata kata Pria yang diperdengarkan ke telinga kanan dapat diulangi dengan
baik. Dan tes ini dilakukan kepada Objek yang berbeda dan hasilnya sama.
b. Tes
Stimulus Elektris
Pertama kali dilakukan
oleh Penfielad dan Rasmussen (1951) kemudian Penfield dan Robert (1959). Tes
ini berpusat pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui Talamus
Lateral Kiri (Talamus = Struktur jaringan jauh di dalam otak) sehingga
menimbulkan anomia. Tes ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfir kiri untuk
bahasa telah merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dibantah.
c. Test
Grafik Kegiatan Elektris
Tes ini dilakuakn untuk
mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sednag
bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran
listrik ini. Tes ini diperkenalkan oleh Schafer (1967) dan digunakan pertama
oleh Whitaker (1971).
d. Tes
Wada
Diperkenalkan oleh J
Wada (1959). Dalam tes ini obat Sodium Amysal diinjeksikan ke dalam sistem
peredaran darah pada otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini akan lumpuh
sementara.
e. Tes
Fisiologi Langsung
Dilakuakn oleh Cohn
(1971) untuk memperkuat hasil-hasil yang dilakukan dengan teknik psiko-fiiology, yaitu tes menyimak
rangkap. Tes ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak
dengan cara electro-encephalo-grapky.
f.
Tes Belah Dua Otak
Kedua hemisfir sengaja
dipisahkan, sehingga hemsifir tersebut tidak terhubung lagi. Kemudian Objek
ditutup matanya dnegan kain. Pada tangan kiri Objek diletakkan sebuah benda dan
ternyata Objek mengenal benda itu, tapi tidak mengenal benda itu. Dengan teori
itu dihasilkan bahwa objek tidak lagi mempunyai satu akal melainkan dua.
2. Teori
Lokalisasi
Teori ini bisa disebut pandangan lokalisasi. Berpendapat
bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada didaerah Broca dan daerah
Wernicke.Selain laporan medis Broca dan Wernicke yang menyatakan bahwa pusat
bahasa terdapat di Hemisfir kir juga dikuatkan laporan medis Geschwind (1968).
a. Teknik
Stimulus Elektrik.
Dengan teknik ini
ditemukan hanya tiga bagian saja yang terdapat kelainan yang merusak bahasa
seperti : Broca, Wernicke dan Korteks Motor.
b. Teknik
Perbedaan Anatomi Otak
Geschwind dan Levistscky
(1968) menganalisis 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal, ditemukan
bahwa Planun Temporal yaitu daerah di belakang Girus Heschl jauh lebih besar
pada hemisfir kiri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
kita mempelajari sedikit teori tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa :
a.
Otak mengalami pertumubuhan dari temuan pertama
(Homo Sapiens) hingga kini. Rata-rata sebesar 700 mg hingga 100 mg.
b.
Yang mempengaruhi kinerja atau fungsi otak bukan
ukuran otak. Hal itu terjadi pada perbedaan otak pria dengan otak wanita.
c.
Stroke atau Afasia merupakan kerusakan pembuluh
darah pada otak yang mengakibatkan si Penderita mengalami gangguan wicara.
B. Saran
Setelah
mempelajari tentang Neurolinguistik, Penulis menyarankan sebagai berikut :
a.
Melihat peran otak bagi kegidupan manusia maka
makanlah makanan yang mengandung nutrisi bagi pertumbuhan otak seperti seafood, sayuran dan sebagainya.
b.
Diharapkan ada penemuan piranti atau metode
terbaru untuk meneliti otak.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik.
Jakarta: Rineka
Cipta, 2003.
Dardjowidjojo,
Djono. Psikolinguistik Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Anwar,
Djasminar. English Fakultas Tekhnik II.
Jakarta, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar