Ilmu
pengetahuan, seni dan sastra adalah tiga hal yang mempertinggi kualitas
kemanusiaan. Hal itu yang membedakannya dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan
yang lain. Ilmu-pengetahuan membawa manusia untuk berfikir sedang seni dan
sastra mengajak manusia untuk mengasah perasaan. Manusia mulia adalah mereka
yang cerdas sekaligus halus perasaannya. Pandai dalam menuntaskan
masalah-masalah kemanusiaan sekaligus peka dengan kondisi sosial sekitarnya.
Kekuatan
yang mewarnai dunia adalah agama dan filsafat. Orang yang mewarnai dunia juga
ada dua; Nabi dan Filosof (Tafsir, Ahmad : 1990 : 6). Apakah Sains dan
teknologi juga mewarnai dunia? Tidak mereka netral. Sejarah mempertontonkan
adanya manusia yang berani mati demi agama dan kepercayaan (Agama) yang
anutnya. Kita lihat Ibrahim, Isa, Muhamad dan Socrates betapa besar
pengorbanannya. Ornag yang meyakini agama tentu ingin agar orang lain ikut
dalam kepercayaannya, lalu disebarkan, dipropagandakan, dengan sungguh-sunguh
itu menandakan mereka dengan tekun mewarnai dunia.
A. Pengertian Agama dan Filsafat
Agama
memiliki berbagai definisi. Dari sekian banyak definisi dapat dibagi menjadi
dua kelompok definisi yaitu agama yang menekankan rasa iman (Kepercayaan), dan
agama yang menekankan peraturan (Cara hidup).
Poedjawijatna
(19:74 : 1) menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata dalam Bahasa Arab
yang berhubungan rapat dengan kata dari bahasa Yunani. Philosophia. Dalam bahasa Yunani merupakan kata majemuk, Philo yang berarti ingin atau keinginan
dan Sophia artinya Pandai. Jadi
menurut namanya, filsafat berarti keinginan untuk menjadi pandai (Windelband,
1958:1:1). Pudjawijaja (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis
pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah mengatakan bahwa filsafat ialah
sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat dapat dicapai pengetahuan
itu. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli, bagi Aristotelles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika , logika, retorika, ekonomi,
politik dan estetika; dan bagi Al-Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang
alam wujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Immanuel Kant mendefinisikan
filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pokok segala pengetahuan yang
tercakup di dalamnya empat persoalan :
-
Apa yang dapat diketahui? (Jawabannya Metafisika)
-
Apa yang seharusnya diketahui? Jawabannya Etika)
-
Sampai mana harapan kita? (Jawabannya Agama)
-
Apa itu manusia? (Jawabannya Antropologi)
Perbedaan
definisi itu disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu
karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka, serta dari perkembangan
filsafat itu sendiri.
B. Sebab Terjadinya
Filsafat.
Dongeng
dan Tahayul dapat menimbulkan filsafat. Sebagian orang ada yang tidak percaya
begitu saja menganai tahayul dan dongeng. Ia kritis dan, ingin mengetahui
kebenarannya. Dari situ timbullah filsafat.
Keindahan
alam besar, terutama pada malam hari menimbulkan manusia untuk mengetahui
rahasia alam itu. Keinginan mengetahui rahasia alam berupa rumusan-rumusan
pertanyaan ini menimbulkan filsafat.
Ada
sebuah inspirasi menarik mengamati perkataan dari Eleanor Roosevelt, mantan
Presiden USA
yang mengatakan : "Small Minds discuss people, Average Minds discuss
events, Great Minds discuss ideas".
"Pikiran Kecil membicarakan orang. Pikiran
Sedang membicarakan peristiwa. Pikiran Besar membicarakan gagasan".
Sebagai
akibatnya, pikiran kecil akan menghasilkan gosip. Pikiran sedang akan
menghasilkan pengetahuan. Pikiran besar akan menghasilkan Solusi.
Ketiga
jenis pikiran tersebut ada di dalam setiap otak Manusia.
Pikiran mana yang lebih mendominasinya, begitulah apa yang dihasilkannya.
Kalau setiap saat otak kita dipenuhi oleh Pikiran Kecil, maka kita akan selalu asyik dengan urusan orang lain, namun tidak menghasilkan apa-apa, kecuali perseteruan.Tetapi bila Pikiran Besar yang mendominasi, maka ia akan aktif menemukan terobosan baru.
Pikiran mana yang lebih mendominasinya, begitulah apa yang dihasilkannya.
Kalau setiap saat otak kita dipenuhi oleh Pikiran Kecil, maka kita akan selalu asyik dengan urusan orang lain, namun tidak menghasilkan apa-apa, kecuali perseteruan.Tetapi bila Pikiran Besar yang mendominasi, maka ia akan aktif menemukan terobosan baru.
Pikiran
kecil senang menggunakan kata tanya "SIAPA?". Pikiran sedang senang
menggunakan kata: "ADA APA?", sedangkan Pikiran besar selalu
memanfaatkan kata tanya: "MENGAPA?" dan "BAGAIMANA?". Dalam
melihat satu peristiwa yang sama, misalnya jatuhnya buah apel dari pohonnya,
akan cenderung ditanggapi berbeda. Si PIKIRAN KECIL akan tertarik dengan
pertanyaan : "SIAPA SIH YANG KEMARIN KEJATUHAN BUAH APEL?" Si Pikiran
Sedang akan bertanya: "APAKAH SEKARANG BERARTI SUDAH MULAI MUSIM PANEN
BUAH APEL ?" Sedangkan Si PIKIRAN BESAR : "MENGAPA BUAH APEL ITU
JATUH KE BAWAH, BUKANNYA KE ATAS?". Dan pikiran yang terakhir itulah yang
konon menginspirasi Sir Isaac Newton menemukan Teori Gravitasi-nya yang terkenal.
Tidak ada satupun prestasi atau karya di dunia ini yang dihasilkan oleh Pikiran
Kecil. Di samping itu, ketiga jenis pikiran ini juga mempunyai makanan favorit
yang berbeda. Si PIKIRAN KECIL biasanya senang melahap Tabloid, Infotainmen,
Koran merah. Si PIKIRAN SEDANG amat berselera dengan Koran / berita. si PIKIRAN
BESAR memilih Buku-buku / artikel atau hal lain yang membangkitkan INSPIRASI.
C. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpuan, manusia dianugerahi otak dan akal
oleh Tuhan untuk berfikir. Dan menghasilkan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Ketiga hal itu yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan kata lain
hanya manusia yang bisa berfilsafat.
(Kutipan dari
berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar